Sabtu, 27 November 2010

Berakar Pada Budaya, Diperkuat Praktek Sosial


Sudah banyak yang mendeteksi bahwa pesoalan-persoalan sosial yang dihadapi masyarakat Indonesia kini memiliki kompleksitas yang tinggi serta punya akar sejarah yang dalam dan panjang. Apa yang terjadi di masa lalu tak begitu saja hilang jejaknya di masa kini. Membongkar persoalan sosial masa kini berarti juga membongkar sejarah masa lalu.

Kepribadian manusia Indonesia adalah produk dari masa lalu kehidupan masa kini yang berinteraksi dengan masa lalu dan harapan di masa depan. Artinya, kerpibadian manusia juga dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya, baik di masa kini maupun masa lalu.

Faktor sosial dan budaya dalam kepribadian manusia dapat digali dari ketidaksadaran kolektif (collective unconsciousness) dalam kepribadian manusia yang menampung bekas-bekas ingatan laten warisan masa lampau leluhurnya (Jung, 1953). Di sana dapat ditemukan arkhetipe, ide-ide yang diturunkan oleh nenek-moyang manusia yang sangat penting dan besar pengaruhnya terutama terhadap perkembangan sejarah manusia. Arkhetipe menjadi aktif dengan dipicu oleh peristiwa-peristiwa yang secara emosional membangkitkan ingatan akan ide-ide yang dikandungnya. Secara umum, ada arkhetipe yang mendukung nilai-nilai sosial seperti ide tentang kepahlawanan, kerja sama, kebijaksanaan, peduli pada orang lain dan sejenisnya. Ada juga arkhetipe yang bertentangan dengan nilai-nilai sosial seperti penyelesaian masalah dengan agresi, perasaan terancam, mementingkan diri sendiri, menjajah, menindas dan sebagainya.

Sejarah Indonesia menunjukkan lebih banyak penguatan untuk arkhetipe yang bertentangan dengan nilai-nilai sosial. Sejak jaman pra-kolonial hingga awal abad ke-21, kekerasan banyak digunakan dalam penyelesaian masalah (Nordholt, 2002). Dari sejarah juga dapat diketahui bahwa sejak jaman pra-kolonial masyarakat Indonesia lebih banyak hidup dalam kekangan penguasa politik, tidak bebas menentukan diri sendiri, hidup di bawah kekuasan raja-raja, dijajah pemerintah kolonial, gejolak politik masa Orde Lama dan menjalani represi di masa Orde Baru. Indikasi yang kuat menunjukkan bahwa berbagai warisan instingtif kebinatangan dari leluhur manusia Indonesia juga sangat mungkin menjadi rujukan. Ini dapat dilacak pada berbagai penggunaan lambang binatang untuk menunjuk orang-orang yang dianggap tangguh, misalnya harimau, ular, buaya dan banteng. Berbagai pertikaian, kerusuhan, tindakan balas dendam, dan pertentangan antara golongan yang disertai bentrokan fisik yang memakan ribuan nyawa merupakan bentuk-bentuk perilaku impulsif dan irasional. Irasionalitas tampak jelas pada kecenderungan yang tinggi untuk percaya pada hal-hal yang gaib, bertebarannya ramalan-ramalan mitis, larisnya paranormal dan dukun, merebaknya media massa cetak yang bertopik mistik dan supranatural, terbitnya banyak buku kebatinan serta bermunculannya aliran-aliran spiritual dengan jumlah pengikut yang besar. Kondisi itu dapat dipahami sebagai upaya menyalurkan berbagai dorongan yang terepresi merujuk pada berbagai arkhetip yang bernilai anti-sosial.

Secara individual perilaku yang mengindikasikan mentalitas anti-sosial dapat dipahami dari aspek kognitif (pikiran) yang mencakup pola pengolahan informasi dan cara berpikir. Pembakuan cara berpikir dan pola pengolahan informasi yang dikondisikan dalam pendidikan dan pola asuh menghasilkan kognisi yang malas pada banyak manusia Indonesia. Kecenderungan menggunakan pola-pola lama, tradisi dan jalan pintas memperkuat perujukan kepada arkhetipe. Parahnya, arkhetipe yang lebih teraktivasi oleh sejarah kebanyakan adalah arkhetipe anti-sosial.

Dapat disimpulkan bahwa pembentukan dan pembiasaan mental anti-sosial berakar baik dalam budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi maupun praktek sosial di masa kini. Sejarah menunjukkan model yang buruk bagi pengembangan mentalitas dalam kehidupan sosial Indonesia. Sedangkan dalam praktek sosial, internalisasi nilai-nilai sosial lebih menekankan faktor tradisi yang melemahkan kemampuan berpikir dan daya kritis, sebaliknya malah mengarahkan manusia Indonesia pada mentalitas anti-sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar